Tuesday, December 31, 2013

Malam itu jam di dinding telah menunjukkan pukul 01.00 am, namun Chacha masih terjaga untuk memandang layar ponselnya dan saling berkirim pesan facebook dengan seorang kakak kelasnya di SD dulu, sebut saja namanya Nathan. Awalnya, Chacha hanya iseng-iseng karena hanya Nathanlah yang online malam itu. Akhir dari percakapan malam itu, Nathan meminta nomor Chacha dan berjanji akan mengirim pesan singkat  esok hari. Akhirnya Chacha offline dan segera tidur.
Keesokannya, Chacha menunggu pesan singkat dari Nathan tapi hingga siang tak ada pesan masuk. Hingga setelah hari menjelang sore barulah ada satu pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ya benar, ternyata itu Nathan. Mereka saling berkirim pesan hingga pada malam itu, tepatnya tanggal 06 Maret, Nathan menyatakan rasa sukanya terhadap Chacha dan meminta Chacha untuk menjadi pacarnya. Karena sebelumnya Chacha tidak pernah pacaran, ia menerimanya. Hari-hari Chacha kini berbeda. Menurutnya. Karena ini pertama kalinya ia mempunyai sebuah hubungan yang lebih dari pertemanan. Namun, itu tidak terjadi dalam waktu yang lama. Hanya berlangsung satu minggu setelah Chacha menerima Nathan menjadi pacarnya, Nathan memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Hanya alasan simple yang ia berikan, Mungkin mereka seperti air dan api. Yang tidak akan pernah bisa menyatu. Sakit. Iya itu yang Chacha rasa. Ia tidak menyangka cerita cinta pertamanya ternyata tidak mengesankan melainkan menyesakkan. Rasa sayangnya terhadap Nathan masih membekas. Ia terus mencari masalah dengan Nathan karena dia masih sayang dengan Nathan, meskipun dia tau cara ini salah.  Hingga akhirnya Nathan muak dan memutuskan tali silaturahmi dengan Chacha.
Beberapa bulan setelah mereka tak berkomunikasi, Chacha mulai move on. Pada bulan Juni akhir, Chacha menemukan pengganti Nathan. Seorang cowok yang berbeda 180 derajat dengan sikap Nathan. Hubungan Chacha dengan cowok barunya berlangsung lama. Namun, tak sampai setahun  mereka harus mengubah hubungan mereka menjadi adik dan kakak karena memang hubungan mereka semakin lama hanya akan menyiksa keduanya.
Setelah hubungan baru Chacha berakhir, di bulan April akhir tahun berikutnya Chacha dan Nathan mulai ada komunikasi lagi. Mulai dari samar menyamar melalui akun temannya hingga akhirnya Nathan mengetahui itu Chacha dan meminta nomor Chacha kembali. Mereka saling berkirim pesan singkat pada malam itu juga. Menurut Chacha, Nathan masih sama kaya dulu. Dia masih perhatian sama Chacha. Namun, kini Nathan sudah pindah kota, ke sebuah kota di Jawa Tengah. Hingga beberapa hari setelah mereka dekat, Nathan memberanikan diri untuk meminta Chacha kembali menjadi pacarnya. Chacha bingung dan meminta waktu untuk menjawabnya. Rasa sayangnya masih dimilki oleh mantannya yang kini telah menjadi kakaknya, sebut saja namanya Yogi. Nathan terus menerus meminta jawaban dari Chacha, hingga pada tanggal 03 Mei, Chacha mengiyakan tawaran dari Nathan meskipun rasa sayangnya masih berpihak pada Yogi. Chacha menerima Nathan hanya untuk membalas rasa kesalnya terhadap Nathan yang dulu, namun setelah dua bulan lebih menbangun hubungan kembali dengan Nathan, mulai tumbuh rasa sayang dalam hati Chacha. Kini, ia terjebak dalam permainan cintanya.
Memasuki bulan ketiga, Nathan mulai berubah. Kini dia lebih agresif dan mementingkan egonya. Chacha curiga dengan sikap Nathan sekarang, dia mencoba stalking Facebook Nathan. Dan benar saja, ternyata Nathan mempunyai perempuan lain selain dia. Memang Nathan pernah cerita tentang perempuan itu ke Chacha, namanya Indah. Saat Nathan ke Jakarta, Indah yang memang sudah kenal Nathan mempunyai rasa terhadapnya dan memberanikan diri untuk menyatakan rasa sayangnya. Entah siapa yang bodoh, tapi seminggu setelah Nathan kembali ke kotanya, Nathan bercerita tentang Indah dan meminta pendapat kepada Chacha. Tentu Chacha sedih dan galau dibuatnya. Setelah Chacha mengetahui hubungan Indah dengan Nathan, Chacha marah. Nathan bilang dia mau memberi penjelasan. Nathan bilang, dia dan Indah gak ada apa-apa. Indah hanya terobsesi ingin menjadi pacarnya. Namun, Chacha memang perempuan bodoh. Ia luluh dengan penjelasan dan maaf dari Nathan.
Semenjak itu, hubungan mereka tidak seperti dulu. Kini, Chacha tidak pernah sms Nathan terlebih dahulu. Nathanpun hanya mengirim beberapa sms saja setiap harinya. Hubungan mereka berjalan seperti ini sampai Nathan kesal dan meminta Chacha untuk berubah. Hubungan mereka kembali membaik. Hingga saat Chacha melihat ada seorang cewek, sebut saja Astri, yang marah karena Nathan selalu saja mengirim sms ke dia. Chacha kesal karena Nathan tidak belajar dengan pengalaman masa lalu. Chacha bertanya tentang Astri kepada Nathan, namun Nathan menyangkalnya dan ia kembali meminta maaf. Chacha luluh kembali. Hubungan mereka mulai membaik kembali.
Kini sudah setahun mereka bersama. Akan tetapi, Nathan berulah kembali. Nathan ketahuan selingkuh dibelakang Chacha. Meskipun Nathan terus menyangkalnya, tapi kini maaf dari Nathan tak bisa membuat hati Chacha luluh. Chacha mengirim sebuah pesan singkat ke Nathan…
Di dunia ini, tidak ada kegelapan. Yang ada hanya kekurangan cahaya. Begitulah kisah cinta kita, semakin lama semakin redup. Mungkin jaraklah yang menjadi kegelapannya. Hingga kamu memilih untuk membuat hubungan baru dengan perempuan lain dibelakangku. Bukan. Ini bukan pertama kalinya. Kamu pikir, aku perempuan bodoh yang akan terus menerus memaafkan kesalahan laki-laki pintar seperti kamu. Tapi nyatanya, perempuan bodoh kini telah banyak belajar dari pengalaman yang ia dapat. Sekarang, tak ada lagi kita. Kamu dengan dirimu sendiri. Dan aku akan mencoba melupakan semua luka yang telah kau beri selama setahun ini. Terima kasih untuk semuanya, mungkin inilah saatnya debu kecil pergi dari kehidupan patung dewa sehingga sang dewa dapat menemukan pasangan hidupnya. Yang lebih serasi tentunya. Bukan debu yang hanya bisa mengganggunya setiap saat.
With love,
          Chacha


Nathan menangis membacanya. Ia tau ia salah. Ia segera mengambil tas dan menyiapkan beberapa baju untuk perjalanannya. Nathan terlebih dahulu ke rumah selingkuhannya dan meminta maaf kepadanya. Nathan ingin serius dengan Chacha. Ia memutuskan untuk meninggalkan selingkuhannya dan segera berangkat ke stasiun. Keberuntungan berpihak pada Nathan, kereta yang ia akan membawanya ke Jakarta belum berangkat. Ia tak perlu menunggu kereta berikutnya. Langsung saja ia membeli tiket dan segera memilih tempat duduk ternyaman untuknya. Namun, semua tempat duduk sama saja baginya. Tak ada yang dapat membuatnya nyaman selain kebersamaannya dengan Chacha. Nathan tau ia salah. Ia hanya ingin bermain-main sebentar disaat lelahnya berhubungan jarak jauh dengan Chacha. Nathan tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Nathan sudah amat menyayangi Chacha. Sekarang ia sadar, hubungan bukanlah suatu permainan. Chacha kini telah pergi meninggalkannya. Diperjalanan Nathan tak dapat tertidur. Dipikirannya hanya ada Chacha, Chacha, dan Chacha. Ia mencoba menghubungi Chacha namun tak ada jawaban. Ia terus menghubunginya hingga Chacha mematikan ponselnya.

Chacha tidak menyesal dengan pilihannya. Ia tau pilihannya ini memang terbaik untuknya. Besok, dia akan meninggalkan Jakarta untuk merefresh otak dan pikirannya. Bandung pilihanya. Karena Yogi tinggal di Bandung sekarang. Mereka bisa saling bertukar cerita disana. Yogi juga pernah berjanji akan mengajaknya berkeliling kota Bandung kalau Chacha berlibur kesana.

Kereta Nathan tiba di stasiun Jatinegara pada pukul 20.00 pm. Nathan segera memberhentikan taksi dan menuju rumah Chacha. Namun, ia tak tau dimana rumah Chacha. Selama satu jam di taksi ia hanya berkeliling Jakarta. Nathan masih mencoba menghubungi Chacha, tapi tetap saja tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menuju rumah kakeknya dan mencari rumah Chacha besok pagi.

Esok paginya, Nathan mencoba menghubungi Chacha. Namun nomor Chacha tetap tidak aktif. Ia mulai putus asa. Sampai ia teringat dengan teman Chacha dan mencoba menghubunginya. Ia meminta alamat Chacha. Begitu ia mendapatkannya, ia segera menuju rumah Chacha.  Ia memberanikan diri untuk menekan bel rumah Chacha. Ia melihat seorang pria paruh baya membukakan pintu untuknya.
“Cari siapa ya?” ucap pria paruh baya itu yang ternyata adalah ayahnya Chacha.
“Maaf om, Chachanya ada?” ucap Nathan
“Chacha? Baru 15 menit yang lalu dia pergi ke stasiun. Katanya mau liburan di tempat kakaknya.”
“Kakak? Saya boleh minta alamat kakaknya yang di Bandung?”
“Waduh, om mana punya. Lagipula itu kakak angkatnya dia. Kamu ini siapa ya?”
“Saya Nathan om. Saya…”
“Oh jadi kamu yang namanya Nathan? Bukankah kalian sudah putus?”
“Hm..” Nathan mengangguk kecil.
“Yasudah, sepertinya Chacha mendapat kereta siang. Susul saja ke stasiun. Mungkin masih bisa ketemu.” “Stasiun mana om?” Nathan kembali bersemangat
“Stasiun Gambir. Kalau kalian berteme, mungkin kalian memang pantas bersatu.”
Nathan tersenyum dan segera pamit. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih om. Doakan saja yang terbaik untuk kami”

Nathan berlalu dan segera menuju Stasiun Gambir dengan taksi. Namun, Nathan terjebak macet. Ia takut tak dapat bertemu Chacha dan menjelaskan semuanya. Nathan melihat ada pangkalan ojek. Ia segera membayar taksi dan memanggil ojek untuk segera mengantarnya. Sesampainya di Gambir, Nathan berlari-lari mencari kereta jurusan Bandung. Tapi keberuntungan tidak memihak kepada Nathan. Kereta yang membawa Chacha sudah berangkat lima menit setelah ia sampai di Gambir. Nathan segera membeli tiket untuk kereta selanjutnya. Tiga puluh menit ia menunggu, ia khawatir tidak akan bertemu dengan Chacha lagi. Ia tak ingin Chacha terus salah paham dengannya. Seandainnya ia dan Chacha tak dapat menyatu kembalipun, Nathan sudah tenang karena ia  sudah meminta maaf kepada Chacha.
Setengah jam berlalu dengan cepat, Karena dalam pikirannya sebentar lagi ia akan bertemu dengan pujaan hatinya itu. Kereta yang akan membawa Nathan sudah sampai. Nathan segera mengambil tempat duduk dekat pintu keluar karena ia tak sabar ingin bertemu Chacha. Di perjalanan, Nathan terus mencoba menghubungi Chacha, namun tak ada jawaban. Nathan sempat merasa gelisah dan cemas. Akan tetapi, segera ia hilangkan perasaan itu. Ia membayangkan sebentar lagi akan bertemu dengan Chacha dan Chacha akan memaafkannya sehingga mereka bisa bersatu kembali.

Chacha terlebih dahulu sampai di Bandung. Yogi telah menunggunya 15 menit sebelum kedatangnya. Yogi senang melihat senyum Chacha kembali, senyum yang sudah satu tahun belakangan ini tidak dilihatnya. Yogi segera menyambut Chacha dengan sumringah. Mereka segera berangkat ke kost-an Yogi. Di Bandung, Yogi hanya kuliah. Kalau sedang liburan, ia baru ke Jakarta. Tapi tak jarang Yogi tetap di Bandung. Mereka  beristirahat sejenak di kost-an Yogi.
“Cha, udah lama ya gak bareng kaya gini” Ucap Yogi memulai pembicaraan
“Iya juga sih ka. Kangen juga ya momen kaya gini” Balas Chacha
“Gimana cha?” Tanya Yogi ragu-ragu
“Gimana apanya ka?” Chacha menjawab dengan sedikit heran
“Itu… Sama si Nathan?”
“Hm, dia lagi dia lagi. Kenapa kalau kita ketemu harus bahas dia sih ka? Tapi gapapa deh, emang ada yang mau Chacha ceritain tentang dia, tapi jangan disini ya ka?”
“Chacha laper gak? Kalau laper sekalian makan aja yuk. Ada mie kocok enak loh deket sini. Ada tamannya juga lagi. Suasananya enak untuk orang pacaran. Ngegalau juga enak Cha. Haha”
Chacha mengangguk. Yogi segera mengajak Chacha menuju tempat yang ia maksud.

Akhirnya, Nathan sampai juga di Bandung. Nathan segera mencari-cari dimana Chacha. Namun, tak juga ia menemukannya. Ia merasa lapar juga karena dari tadi pagi ia belum makan. Ia mampir ke sebuah restoran fast food. Nathan masih mencoba menghubungin Chacha namun tak juga ada jawaban. Ia segera memesan makanan dan menghabiskannya. Nathan tak langsung beranjak dari tempatnya. Ia bingung mau mencari Chacha kemana. Kalaupun harus menginap, Nathan tak punya saudara di Bandung.
“Ah.. Lostmen banyak kok. Hotel murah juga ada.” Gurau Nathan dalam hati
Nathan menaiki delman yang kebetulan ada didekat restoran fast food tadi.
“Mau kemana kang?” ucap si tukang delman dengan logat sundannya
“Keliling aja kang. Yang suasananya enak.”
 Nathan lupa sejenak dengan Chacha. Ia terbawa suasana kota Bandung yang membuatnya tenang.

Di lain tempat, Chacha dan Yogi sedang bersantai di kursi taman. Chacha menceritakan tentang Nathan. Air matanya mulai menetes. Chacha menyenderkan kepalanya dipundak Yogi sambil terus bercerita.
“Chacha gak nyangka ka, hubungan setahun berakhir karena hal kaya gini. Chacha kira semakin lama hubungan itu berjalan, semakin jauh dari yang namanya PHO.” Ucap Chacha sambil terus menangis
“Chacha sayang sama dia. Tapi kan gabisa begini terus kan ka? Chacha serba salah ka. Kalau Chacha tetep sama dia, namanya Chacha nyakitin diri Chacha sendiri.” tambahnya
“Pilihan Chacha udah bener kok. Chacha yakin kan dengan pilihan Chacha? Kalau Chacha udah yakin kenapa Chacha masih terus nangisin dia. Dia belum tentu nangisin Chacha kan?”
Sebenarnya Yogi masih menyimpan perasaan dengan Chacha, namun ia lebih memilih untuk memendamnya karena ia tau Chacha telah memilih yang terbaik untuknya, walapun ia terus tersakiti karena perasaannya tak berbalas tapi ia tak bisa memaksa Chacha untuk melupakan mantannya kalau itu bukan pilihan Chacha sendiri.

Delman yang tadi Nathan tumpangi kini membawanya ke sebuah taman. Suasananya bagus. Banyak pasangan yang mengobrol disini. Nathan teringat Chacha kembali. Ia menyapu pandangan ke segala arah. Sampai ia melihat seorang perempuan mirip Chacha sedang bersandar dipundak seorang laki-laki. Nathan mencoba menghapus pikiran aneh yang ada dipikirannya. Ia mencoba menelfon Chacha dan kemudian mendengar nada dering yang Chacha gunakan. Sumber suaranya adalah dari perempuan tadi.
Nathan tak menyangka begitu cepat Chacha melupakannya. Banyak pikiran aneh yang menghantuinya. Apakah Chacha selingkuh? Mulai kapan Chacha selingkuh? Nathan ingin memastikan apa itu benar Chacha. Ia menghampirinya namun masih menjaga jarak. Dan benar saja, perempuan itu memang Chacha. Kini Nathan memandanginya. Dada Nathan sesak. Hatinya sakit. Setega itukah Chacha? Ia berlari tak memperdulikan apapun. Ada mobil box yang sedang melaju kencang saat itu. Nathan menyebrang tanpa menoleh kiri dan kanan. Dan mobil box tadi menabraknya. Kemudian segera pergi dari tempat kejadian. Kini, Nathan tergeletak dengan darah di sekitar kepalanya. Orang-orang ramai mengerubunginya. Chacha dan Yogi pun segera menghampiri keramaian tersebut. Chacha kaget melihat Nathan yang kini telah tergeletak lemas.
“Nathan..” Ucap Chacha menangis
“Chacha” Ucap Nathan sambil menoleh ke atas
“Pak, tolong bawa ke Rumah Sakit pak. Telfon ambulans segera pak.” Chacha memohon. Tangisnyapun tumpah saat itu juga.
“Iya neng, ambulans lagi menuju kesini.” jawab bapak bapak yang telah menelfon ambulans.
“Aku sayang sama kamu. Maafin aku udah menyia-nyiakan kamu. Maafin aku udah buat kamu kecewa”
“Aku juga sayang sama kamu. Kamu jangan banyak ngomong dulu. Kamu bertahan ya untuk aku. Kamu harus kuat.” Chacha terus menangis disamping Nathan.
“Dia” Ucap Nathan sambil menunjuk Yogi
Chacha menarik tangan Yogi, dan Yogi segera duduk disamping Chacha.
“Jaga Chacha ya… Jangan sakitin dia apalagi sampai menyia-nyiakan dia. Dia perempuan yang baik, mungkin dia pantas untuk laki-laki baik seperti kamu.”
“Lo gak boleh ngomong gitu. Lo harus bertahan demi Chacha. Chacha sayang sama lo bukan sama gua.” Ucap Yogi sambil menitikkan sedikit air mata.
“Maafin aku ya sayang. Aku gak sempurna untuk kamu. Aku janji jaga cinta ini untuk kamu. Kamu cinta terakhir yang aku punya sayang. Jaga diri baik baik ya. Aku sayang sama kamu.”
Mata Nathan menutup untuk selamanya. Tubuhnya terbujur kaku. Ambulans baru saja datang. Namun sayang, nyawa Nathan terlebih dahulu diambil oleh Yang Kuasa. Chacha terus menangis. Yogipun menenangkannya. Disaksikan oleh mayat Nathan, Yogi menyatakan rasa sayangnya terhadap Chacha. Dan Chacha menerimanya meskipun Ia masih tak terima dengan kepergian Nathan.

Semenjak hari itu, Chacha dan Yogi menjadi pasangan yang bahagia. Meskipun harus Long Distance Relationship, tapi Yogi tetap menjaga cintanya untuk Chacha. Chachapun juga begitu.

By Rizka Erlyani

Complicated Love


Comments
Share
Related


No comments:

Post a Comment

About

Be yourself. Be different. Therefore, life is very short to continue replicate what has been made ​​by others. What have you made ​​will look better if you made ​​it yourself.

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates