• Kerajaan Malaka
| Kerajaan Malaka |
Merupakan kerajaan bercorak islam yang terletak di Semenanjung Malaka. Pada masa kejayaannya, Malaka merupakan pusat perdagangan dan pusat penyebarluasan agama islam di Asia Tenggara. Perkembangan kerajaan Malaka tidak dapat dipisahkan dari letaknya yang strategis dalam aktivitas pelayaran maupun perdagangan pada masa itu di Selat Malaka.
- Sejarah Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan oleh putra raja Sam Agi yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya bernama Paramesywara yang pada saat itu masih menganut agama hindu. Ketika kerajaan Sriwijaya mengalami perebutan kekuasaan, Paramesywara dan beberapa pengikutnya menyingkir ke Tumasik ( Singapura ). Dan karena daerah tersebut kurang aman, ia melanjutkan perjalanan ke utara hingga Semenanjung Malaka dan kemudian ia membangun sebuah perkampungan yang dinamakan perkampungan Malaka. Karena letaknya yang strategis, Malaka berkembang dengan pesat dalam dunia perdagangan sebagai penghubung antara dunia barat dan dunia timur. Perkembangan Perkampungan Malaka yang pesat menyebabkan Paramesywara mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Kerajaan Malaka.
- Penguasa Kerajaan Malaka :
1. Iskandar Syah
Iskandar Syah atau yang lebih dikenal dengan nama Paramesywara adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Malaka. Ia memerintah selama kurang lebih 14 tahun ( antara tahun 1400 hingga 1414 M ).
Letak geografis yang strategis membuat wilayah tersebut berkembang sangat pesat. Terutama dalam dunia perdagangan, oleh karena pada waktu itu dunia perdagangan di wilayah tersebut didominasi oleh para perdangan islam yang berasal dari Timur Tengah dan para pedagang islam hanya mau mengadakan hubungan dagang dengan para pedagang pedagang islam lainnya, Paramesywara memutuskan untuk memasuki dan memeluk agama islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah. Tidak hanya itu, sistem Kerajaan Malaka-pun diubah menjadi kesultanan.
Setelah Iskandar Syah meninggal dunia, tahta Kesultanan Malaka diambil alih oleh putra Iskandar Syah yang bernama Muhammad Iskandar Syah.
2. Muhammad Iskandar Syah
Muhammad Iskandar Syah merupakan putra mahkota Kesultanan Malaka yang naik tahta menggantikan ayahanda-nya yang wafat. Ia berkuasa mulai tahun 1414 hingga tahun 1424 M.
Saat ia berkuasa, ia melanjutkan cita-cita ayahnya untuk memperluas wilayah Kesultanan Malaka dan ia berhasil memperluas wilayah hingga ke Semenanjung Malaya.
Selama memerintah Kesultanan Malaka, Muhammad Iskandar Syah berhasil memajukan bidang perdagangan dan pelayaran. Ia juga berhasil menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dengan memakai taktik untuk menikahi putri raja Kerajaan Samudra Pasai secara politis. Setelah mendapatkan kekuasaan politik Samudra Pasai , ia baru memulai langkah untuk menguasai wilayah perdagangan di sekitarnya.
3. Sultan Muzafar Syah
Sultan Muzafar Syah memerintah Kesultanan Malaka mulai tahun 1424 hingga tahun 1458 M. Ia menggantikan Muhammad Iskandar Syah setelah menyingkirkan tahta Kesultanan Malaka melalui sebuah kemelut politik. Setelah menguasai tahta kerajaan, Muzafar Syah menggunakan gelar Sultan yang merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan islam.
Sumber sejarah tentang Sultan Muzafar Syah menyebutkan bahwa pada masa kekuasaannya, Kesultanan Malaka mendapatkan serangan dari Kerajaan Siam. Namun, serangan dari Kerajaan Siam dapat digagalkan oleh Kesultanan Malaka. Keberhasilan dalam menghadapi Kerajaan Siam selanjutnya dapat mengukuhkan kebesaran kerajaan Malaka sebagai penguasa jalur pelayaran Selat Malaka. Pada jangka pemerintahannya, Sultan Muzafar Syah juga telah berhasil memperluas daerah kekuasaannya hingga ke Pahang, Indragiri, dan Kampar.
4. Sultan Mansyur Syah
Setelah Sultan Muzafar Syah wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mansyur Syah. Ia berkuasa dari tahun 1458 hingga 1477 M. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, Kesultanan Malaka berhasil menguasai Kerajaan Siam sebagai bagian taktik memperluas wilayah kekuasaan dan mengukuhkan kebesarannya diantara kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya.
Namun demikian, Sultan Mansyur Syah tidak menyerang Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan islam. Hal ini merupakan salah satu kebijakan politik Sultan Mansyur Syah untuk menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan islam yang berada di sekitarnya.
5. Sultan Alauddin Syah
Setelah Sultan Mansyur Syah wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Alauddin Syah. Sultan Alauddin Syah berkuasa mulai tahun 1477 hingga tahun 1488 M. Pada masa pemerintahannya, perekonomian Kerajaan Malaka dalam kondisi cukup stabil. Arus perdagangan dan pelayaran di sekitar Pelabuhan Malaka masih cukup ramai. Sebagai pusat perdagangan di wilayah Asia Tenggara, Kerajaan Malaka masih menduduki peran yang strategis.
Namun secara politis, selama masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah, Kesultanan Malaka bisa dikatakan mengalami kemunduran. Banyak daerah taklukan Kesultanan Malaka yang mengundurkan diri. Juga banyak kerajaan dibawah kekuasaan Kesultanan Malaka terjadi perang dan pemberontakan.
6. Sultan Mahmud Syah
Sultan Mahmud Syah menggantikan ayahanda-nya yang bernama Sultan Alauddin Syah yang telah wafat pada tahun 1488 M. Pada saat ia berkuasa, Kesultanan Malaka mengalami kemunduran baik dalam bidang politik maupun bidang ekonomi.
- Kehidupan Kerajaan Malaka Berikutnya
Secara politik, kekuasaan Kesultanan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama di Semenanjung Malaka. Sedangkan daerah lain telah memisahkan diri dan memutuskan untuk mendirikan daerah sendiri. Dalam kondisi yang semakin lemah tersebut, pada tahun 1511 M armada perang bangsa portugis dengan pimpinan saat itu Alfonso d'Albuquerque akhirnya berhasil menguasai dan menaklukkan Kesultanan Malaka.
Secara ekonomi, peranan Kesultanan Malaka selanjutnya telah diambil alih oleh Kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan di tepi Selat Sunda. Aktivitas perdagangan dan pelayaran-pun telah dipindahkan ke Banten karena armada Portugis telah menguasai wilayah Kesultanan Malaka dan mengenakan pajak yang sangat tinggi kepada setiap kapal yang melalui wilayah Selat Malaka.
Pada saat itu kehidupan ekonomi Kerajaan Malaka sangat bertumpu pada sektor perdagangan dan pelayaran. Kedua sektor ini berkembang pesat karena didukung oleh letak Kerajaan Malaka yang strategis, tepat di tepi Selat Malaka. Untuk mendukung aktivitas pelayaran, dibangunlah Pelabuhan Malaka yang menjadi pintu masuk kapal-kapal dagang asing yang datang ke wilayah Indonesia. Setiap kapal yang berlabuh di Pelabuhan Malaka, baik untuk mengisi bahan bakar maupun membeli kebutuhan sehari-hari awak kapal, dikenakan pajak pelabuhan serta pajak niaga oleh syahbandar pelabuhan sebagai upeti untuk menyokong pemasukan Kesultanan Malaka.
Karena Kesultanan Malaka merupakan kerajaan maritim yang sebagian besar mengandalkan pemasukan negara dari sektor kelautan, juga karena wilayahnya yang strategis dan struktur masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai pedagang dan nelayan, menyebabkan pola kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pola hidup maritim. Dan dalam pola kehidupan seperti ini, pedagang dan nelayan Kesultanan Malaka memiliki status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi daripada petani. Namun demikian, strata sosial ekonomi tetap diduduki oleh para bangsawan, meliputi keluarga raja serta bawahannya, yang kemudian disusul oleh pemimpin pelabuhan dan para ulama. Kehidupan sosial masyarakat Kesultanan Malaka diatur oleh UU kerajaan yang harus ditaati oleh semua golongan bahkan termasuk para pendatang yang juga harus melaksanakan dan menaati UU mengenai hukum pelayaran, masuk dan keluar pelabuhan, serta perdagangan internasional.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kesultanan Malaka mempergunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar sekaligus bahasa pergaulan ( lingua franca ). Karena mempunyai fungsi yang penting, bahasa Melayu dapat berkembang sebagai bahasa internasional yang dalam hubungan niaga di wilayah Asia Tenggara.
Kesultanan Malaka sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu dan budaya Islam. Hal ini wajar karena didukung oleh dua alasan, alasan pertama yaitu letak Kesultanan Malaka yang berada di Semenanjung Malaya tempat asal rumpun bangsa Melayu. alasan lainnya adalah karena adanya pengaruh budaya Islam yang datang seiring dengan kedatangan para pedagang islam dari Gujarat dan Persia. Dengan dipengaruhinya dua kebudayaan ini, Kerajaan Malaka memiliki corak kebudayaan yang egaliter, terbuka, demokratis, dan juga menghargai kebudayaan lain. Hikayat kepahlawanan Laksamana Hang Tuah misalnya, adalah salah satu contoh kisah dalam budaya masyarakat Kerajaan Malaka yang sangat terkenal di khalayak umum. Laksamana Hang Tuah merupakan salah seorang laksamana Kesultanan Malaka yang begitu berjasa pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah.
Adapun agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Kesultanan Malaka adalah agama Islam. Bahkan, oleh pendiri Kesultanan Malaka, Iskandar Syah, agama Islam dijadikan sebagai agama kenegaraan. Dalam kehidupan sehari-hari-pun, pengaruh ajaran agama islam tampak sangat terlihat dalam perilaku masyarakat Kesultanan Malaka
Wordt vervolgd ... Tot ziens in het volgende verhaal. Niet te missen me, laat me jullie missen. Ik hou van al mijn blog bezoekers.
Dank u voor uw bezoek als een manifestatie van je aandacht. doei ♡
By Rizka Erlyani
No comments:
Post a Comment