Malam
itu jam di dinding telah menunjukkan pukul 01.00 am, namun Chacha masih terjaga
untuk memandang layar ponselnya dan saling berkirim pesan facebook dengan
seorang kakak kelasnya di SD dulu, sebut saja namanya Nathan. Awalnya, Chacha
hanya iseng-iseng karena hanya Nathanlah yang online malam itu. Akhir dari
percakapan malam itu, Nathan meminta nomor Chacha dan berjanji akan mengirim
pesan singkat esok hari. Akhirnya Chacha
offline dan segera tidur.
Keesokannya,
Chacha menunggu pesan singkat dari Nathan tapi hingga siang tak ada pesan
masuk. Hingga setelah hari menjelang sore barulah ada satu pesan masuk dari
nomor tak dikenal. Ya benar, ternyata itu Nathan. Mereka saling berkirim pesan
hingga pada malam itu, tepatnya tanggal 06 Maret, Nathan menyatakan rasa
sukanya terhadap Chacha dan meminta Chacha untuk menjadi pacarnya. Karena
sebelumnya Chacha tidak pernah pacaran, ia menerimanya. Hari-hari Chacha kini
berbeda. Menurutnya. Karena ini pertama kalinya ia mempunyai sebuah hubungan yang
lebih dari pertemanan. Namun, itu tidak terjadi dalam waktu yang lama. Hanya
berlangsung satu minggu setelah Chacha menerima Nathan menjadi pacarnya, Nathan
memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Hanya alasan simple yang ia
berikan, Mungkin mereka seperti air dan api. Yang tidak akan pernah bisa
menyatu. Sakit. Iya itu yang Chacha rasa. Ia tidak menyangka cerita cinta
pertamanya ternyata tidak mengesankan melainkan menyesakkan. Rasa sayangnya
terhadap Nathan masih membekas. Ia terus mencari masalah dengan Nathan karena
dia masih sayang dengan Nathan, meskipun dia tau cara ini salah. Hingga akhirnya Nathan muak dan memutuskan
tali silaturahmi dengan Chacha.
Beberapa
bulan setelah mereka tak berkomunikasi, Chacha mulai move on. Pada bulan Juni
akhir, Chacha menemukan pengganti Nathan. Seorang cowok yang berbeda 180
derajat dengan sikap Nathan. Hubungan Chacha dengan cowok barunya berlangsung
lama. Namun, tak sampai setahun mereka
harus mengubah hubungan mereka menjadi adik dan kakak karena memang hubungan
mereka semakin lama hanya akan menyiksa keduanya.
Setelah
hubungan baru Chacha berakhir, di bulan April akhir tahun berikutnya Chacha dan
Nathan mulai ada komunikasi lagi. Mulai dari samar menyamar melalui akun temannya
hingga akhirnya Nathan mengetahui itu Chacha dan meminta nomor Chacha kembali.
Mereka saling berkirim pesan singkat pada malam itu juga. Menurut Chacha, Nathan
masih sama kaya dulu. Dia masih perhatian sama Chacha. Namun, kini Nathan sudah
pindah kota, ke sebuah kota di Jawa Tengah. Hingga beberapa hari setelah mereka
dekat, Nathan memberanikan diri untuk meminta Chacha kembali menjadi pacarnya. Chacha
bingung dan meminta waktu untuk menjawabnya. Rasa sayangnya masih dimilki oleh
mantannya yang kini telah menjadi kakaknya, sebut saja namanya Yogi. Nathan
terus menerus meminta jawaban dari Chacha, hingga pada tanggal 03 Mei, Chacha
mengiyakan tawaran dari Nathan meskipun rasa sayangnya masih berpihak pada Yogi.
Chacha menerima Nathan hanya untuk membalas rasa kesalnya terhadap Nathan yang
dulu, namun setelah dua bulan lebih menbangun hubungan kembali dengan Nathan,
mulai tumbuh rasa sayang dalam hati Chacha. Kini, ia terjebak dalam permainan
cintanya.
Memasuki
bulan ketiga, Nathan mulai berubah. Kini dia lebih agresif dan mementingkan
egonya. Chacha curiga dengan sikap Nathan sekarang, dia mencoba stalking
Facebook Nathan. Dan benar saja, ternyata Nathan mempunyai perempuan lain selain
dia. Memang Nathan pernah cerita tentang perempuan itu ke Chacha, namanya Indah.
Saat Nathan ke Jakarta, Indah yang memang sudah kenal Nathan mempunyai rasa
terhadapnya dan memberanikan diri untuk menyatakan rasa sayangnya. Entah siapa
yang bodoh, tapi seminggu setelah Nathan kembali ke kotanya, Nathan bercerita
tentang Indah dan meminta pendapat kepada Chacha. Tentu Chacha sedih dan galau
dibuatnya. Setelah Chacha mengetahui hubungan Indah dengan Nathan, Chacha
marah. Nathan bilang dia mau memberi penjelasan. Nathan bilang, dia dan Indah
gak ada apa-apa. Indah hanya terobsesi ingin menjadi pacarnya. Namun, Chacha
memang perempuan bodoh. Ia luluh dengan penjelasan dan maaf dari Nathan.
Semenjak
itu, hubungan mereka tidak seperti dulu. Kini, Chacha tidak pernah sms Nathan
terlebih dahulu. Nathanpun hanya mengirim beberapa sms saja setiap harinya.
Hubungan mereka berjalan seperti ini sampai Nathan kesal dan meminta Chacha
untuk berubah. Hubungan mereka kembali membaik. Hingga saat Chacha melihat ada
seorang cewek, sebut saja Astri, yang marah karena Nathan selalu saja mengirim
sms ke dia. Chacha kesal karena Nathan tidak belajar dengan pengalaman masa
lalu. Chacha bertanya tentang Astri kepada Nathan, namun Nathan menyangkalnya
dan ia kembali meminta maaf. Chacha luluh kembali. Hubungan mereka mulai
membaik kembali.
Kini
sudah setahun mereka bersama. Akan tetapi, Nathan berulah kembali. Nathan
ketahuan selingkuh dibelakang Chacha. Meskipun Nathan terus menyangkalnya, tapi
kini maaf dari Nathan tak bisa membuat hati Chacha luluh. Chacha mengirim
sebuah pesan singkat ke Nathan…
Di dunia ini, tidak ada
kegelapan. Yang ada hanya kekurangan cahaya. Begitulah kisah cinta kita,
semakin lama semakin redup. Mungkin jaraklah yang menjadi kegelapannya. Hingga
kamu memilih untuk membuat hubungan baru dengan perempuan lain dibelakangku.
Bukan. Ini bukan pertama kalinya. Kamu pikir, aku perempuan bodoh yang akan
terus menerus memaafkan kesalahan laki-laki pintar seperti kamu. Tapi nyatanya,
perempuan bodoh kini telah banyak belajar dari pengalaman yang ia dapat.
Sekarang, tak ada lagi kita. Kamu dengan dirimu sendiri. Dan aku akan mencoba
melupakan semua luka yang telah kau beri selama setahun ini. Terima kasih untuk
semuanya, mungkin inilah saatnya debu kecil pergi dari kehidupan patung dewa
sehingga sang dewa dapat menemukan pasangan hidupnya. Yang lebih serasi
tentunya. Bukan debu yang hanya bisa mengganggunya setiap saat.
With love,
Chacha
Nathan menangis
membacanya. Ia tau ia salah. Ia segera mengambil tas dan menyiapkan beberapa
baju untuk perjalanannya. Nathan terlebih dahulu ke rumah selingkuhannya dan
meminta maaf kepadanya. Nathan ingin serius dengan Chacha. Ia memutuskan untuk
meninggalkan selingkuhannya dan segera berangkat ke stasiun. Keberuntungan
berpihak pada Nathan, kereta yang ia akan membawanya ke Jakarta belum
berangkat. Ia tak perlu menunggu kereta berikutnya. Langsung saja ia membeli
tiket dan segera memilih tempat duduk ternyaman untuknya. Namun, semua tempat
duduk sama saja baginya. Tak ada yang dapat membuatnya nyaman selain
kebersamaannya dengan Chacha. Nathan tau ia salah. Ia hanya ingin bermain-main
sebentar disaat lelahnya berhubungan jarak jauh dengan Chacha. Nathan tidak
menyangka akhirnya akan seperti ini. Nathan sudah amat menyayangi Chacha.
Sekarang ia sadar, hubungan bukanlah suatu permainan. Chacha kini telah pergi
meninggalkannya. Diperjalanan Nathan tak dapat tertidur. Dipikirannya hanya ada
Chacha, Chacha, dan Chacha. Ia mencoba menghubungi Chacha namun tak ada jawaban.
Ia terus menghubunginya hingga Chacha mematikan ponselnya.
Chacha tidak menyesal
dengan pilihannya. Ia tau pilihannya ini memang terbaik untuknya. Besok, dia
akan meninggalkan Jakarta untuk merefresh otak dan pikirannya. Bandung
pilihanya. Karena Yogi tinggal di Bandung sekarang. Mereka bisa saling bertukar
cerita disana. Yogi juga pernah berjanji akan mengajaknya berkeliling kota
Bandung kalau Chacha berlibur kesana.
Kereta Nathan tiba di
stasiun Jatinegara pada pukul 20.00 pm. Nathan segera memberhentikan taksi dan
menuju rumah Chacha. Namun, ia tak tau dimana rumah Chacha. Selama satu jam di
taksi ia hanya berkeliling Jakarta. Nathan masih mencoba menghubungi Chacha,
tapi tetap saja tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menuju rumah kakeknya dan
mencari rumah Chacha besok pagi.
Esok paginya, Nathan
mencoba menghubungi Chacha. Namun nomor Chacha tetap tidak aktif. Ia mulai
putus asa. Sampai ia teringat dengan teman Chacha dan mencoba menghubunginya.
Ia meminta alamat Chacha. Begitu ia mendapatkannya, ia segera menuju rumah Chacha. Ia memberanikan diri untuk menekan bel rumah Chacha.
Ia melihat seorang pria paruh baya membukakan pintu untuknya.
“Cari siapa ya?” ucap pria paruh
baya itu yang ternyata adalah ayahnya Chacha.
“Maaf om, Chachanya ada?” ucap Nathan
“Chacha? Baru 15 menit yang lalu
dia pergi ke stasiun. Katanya mau liburan di tempat kakaknya.”
“Kakak? Saya boleh minta alamat
kakaknya yang di Bandung?”
“Waduh, om mana punya. Lagipula
itu kakak angkatnya dia. Kamu ini siapa ya?”
“Saya Nathan om. Saya…”
“Oh jadi kamu yang namanya Nathan?
Bukankah kalian sudah putus?”
“Hm..” Nathan mengangguk kecil.
“Yasudah, sepertinya Chacha
mendapat kereta siang. Susul saja ke stasiun. Mungkin masih bisa ketemu.”
“Stasiun mana om?” Nathan kembali bersemangat
“Stasiun Gambir. Kalau kalian
berteme, mungkin kalian memang pantas bersatu.”
Nathan tersenyum dan segera
pamit. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih om. Doakan saja
yang terbaik untuk kami”
Nathan berlalu dan
segera menuju Stasiun Gambir dengan taksi. Namun, Nathan terjebak macet. Ia
takut tak dapat bertemu Chacha dan menjelaskan semuanya. Nathan melihat ada
pangkalan ojek. Ia segera membayar taksi dan memanggil ojek untuk segera
mengantarnya. Sesampainya di Gambir, Nathan berlari-lari mencari kereta jurusan
Bandung. Tapi keberuntungan tidak memihak kepada Nathan. Kereta yang membawa Chacha
sudah berangkat lima menit setelah ia sampai di Gambir. Nathan segera membeli
tiket untuk kereta selanjutnya. Tiga puluh menit ia menunggu, ia khawatir tidak
akan bertemu dengan Chacha lagi. Ia tak ingin Chacha terus salah paham
dengannya. Seandainnya ia dan Chacha tak dapat menyatu kembalipun, Nathan sudah
tenang karena ia sudah meminta maaf
kepada Chacha.
Setengah jam berlalu dengan
cepat, Karena dalam pikirannya sebentar lagi ia akan bertemu dengan pujaan
hatinya itu. Kereta yang akan membawa Nathan sudah sampai. Nathan segera
mengambil tempat duduk dekat pintu keluar karena ia tak sabar ingin bertemu Chacha.
Di perjalanan, Nathan terus mencoba menghubungi Chacha, namun tak ada jawaban. Nathan
sempat merasa gelisah dan cemas. Akan tetapi, segera ia hilangkan perasaan itu.
Ia membayangkan sebentar lagi akan bertemu dengan Chacha dan Chacha akan
memaafkannya sehingga mereka bisa bersatu kembali.
Chacha terlebih
dahulu sampai di Bandung. Yogi telah menunggunya 15 menit sebelum kedatangnya. Yogi
senang melihat senyum Chacha kembali, senyum yang sudah satu tahun belakangan
ini tidak dilihatnya. Yogi segera menyambut Chacha dengan sumringah. Mereka
segera berangkat ke kost-an Yogi. Di Bandung, Yogi hanya kuliah. Kalau sedang liburan,
ia baru ke Jakarta. Tapi tak jarang Yogi tetap di Bandung. Mereka beristirahat sejenak di kost-an Yogi.
“Cha, udah lama ya gak bareng
kaya gini” Ucap Yogi memulai pembicaraan
“Iya juga sih ka. Kangen juga ya
momen kaya gini” Balas Chacha
“Gimana cha?” Tanya Yogi
ragu-ragu
“Gimana apanya ka?” Chacha
menjawab dengan sedikit heran
“Itu… Sama si Nathan?”
“Hm, dia lagi dia lagi. Kenapa
kalau kita ketemu harus bahas dia sih ka? Tapi gapapa deh, emang ada yang mau
Chacha ceritain tentang dia, tapi jangan disini ya ka?”
“Chacha laper gak? Kalau laper
sekalian makan aja yuk. Ada mie kocok enak loh deket sini. Ada tamannya juga
lagi. Suasananya enak untuk orang pacaran. Ngegalau juga enak Cha. Haha”
Chacha mengangguk. Yogi segera
mengajak Chacha menuju tempat yang ia maksud.
Akhirnya, Nathan
sampai juga di Bandung. Nathan segera mencari-cari dimana Chacha. Namun, tak
juga ia menemukannya. Ia merasa lapar juga karena dari tadi pagi ia belum
makan. Ia mampir ke sebuah restoran fast food. Nathan masih mencoba
menghubungin Chacha namun tak juga ada jawaban. Ia segera memesan makanan dan
menghabiskannya. Nathan tak langsung beranjak dari tempatnya. Ia bingung mau
mencari Chacha kemana. Kalaupun harus menginap, Nathan tak punya saudara di
Bandung.
“Ah.. Lostmen banyak kok. Hotel
murah juga ada.” Gurau Nathan dalam hati
Nathan menaiki delman yang
kebetulan ada didekat restoran fast food tadi.
“Mau kemana kang?” ucap si tukang
delman dengan logat sundannya
“Keliling aja kang. Yang
suasananya enak.”
Nathan lupa sejenak dengan Chacha. Ia terbawa
suasana kota Bandung yang membuatnya tenang.
Di lain tempat, Chacha
dan Yogi sedang bersantai di kursi taman. Chacha menceritakan tentang Nathan.
Air matanya mulai menetes. Chacha menyenderkan kepalanya dipundak Yogi sambil
terus bercerita.
“Chacha gak nyangka ka, hubungan
setahun berakhir karena hal kaya gini. Chacha kira semakin lama hubungan itu
berjalan, semakin jauh dari yang namanya PHO.” Ucap Chacha sambil terus
menangis
“Chacha sayang sama dia. Tapi kan
gabisa begini terus kan ka? Chacha serba salah ka. Kalau Chacha tetep sama dia,
namanya Chacha nyakitin diri Chacha sendiri.” tambahnya
“Pilihan Chacha udah bener kok.
Chacha yakin kan dengan pilihan Chacha? Kalau Chacha udah yakin kenapa Chacha
masih terus nangisin dia. Dia belum tentu nangisin Chacha kan?”
Sebenarnya Yogi masih menyimpan
perasaan dengan Chacha, namun ia lebih memilih untuk memendamnya karena ia tau Chacha
telah memilih yang terbaik untuknya, walapun ia terus tersakiti karena perasaannya tak berbalas tapi ia tak bisa
memaksa Chacha untuk melupakan mantannya kalau itu bukan pilihan Chacha sendiri.
Delman yang tadi Nathan
tumpangi kini membawanya ke sebuah taman. Suasananya bagus. Banyak pasangan
yang mengobrol disini. Nathan teringat Chacha kembali. Ia menyapu pandangan ke
segala arah. Sampai ia melihat seorang perempuan mirip Chacha sedang bersandar
dipundak seorang laki-laki. Nathan mencoba menghapus pikiran aneh yang ada
dipikirannya. Ia mencoba menelfon Chacha dan kemudian mendengar nada dering yang
Chacha gunakan. Sumber suaranya adalah dari perempuan tadi.
Nathan tak menyangka
begitu cepat Chacha melupakannya. Banyak pikiran aneh yang menghantuinya.
Apakah Chacha selingkuh? Mulai kapan Chacha selingkuh? Nathan ingin memastikan
apa itu benar Chacha. Ia menghampirinya namun masih menjaga jarak. Dan benar
saja, perempuan itu memang Chacha. Kini Nathan memandanginya. Dada Nathan
sesak. Hatinya sakit. Setega itukah Chacha? Ia berlari tak memperdulikan
apapun. Ada mobil box yang sedang melaju kencang saat itu. Nathan menyebrang
tanpa menoleh kiri dan kanan. Dan mobil box tadi menabraknya. Kemudian segera
pergi dari tempat kejadian. Kini, Nathan tergeletak dengan darah di sekitar
kepalanya. Orang-orang ramai mengerubunginya. Chacha dan Yogi pun segera
menghampiri keramaian tersebut. Chacha kaget melihat Nathan yang kini telah
tergeletak lemas.
“Nathan..” Ucap Chacha menangis
“Chacha” Ucap Nathan sambil
menoleh ke atas
“Pak, tolong bawa ke Rumah Sakit
pak. Telfon ambulans segera pak.” Chacha memohon. Tangisnyapun tumpah saat itu
juga.
“Iya neng, ambulans lagi menuju
kesini.” jawab bapak bapak yang telah menelfon ambulans.
“Aku sayang sama kamu. Maafin aku
udah menyia-nyiakan kamu. Maafin aku udah buat kamu kecewa”
“Aku juga sayang sama kamu. Kamu
jangan banyak ngomong dulu. Kamu bertahan ya untuk aku. Kamu harus kuat.” Chacha
terus menangis disamping Nathan.
“Dia” Ucap Nathan sambil menunjuk
Yogi
Chacha menarik tangan Yogi, dan Yogi
segera duduk disamping Chacha.
“Jaga Chacha ya… Jangan sakitin
dia apalagi sampai menyia-nyiakan dia. Dia perempuan yang baik, mungkin dia
pantas untuk laki-laki baik seperti kamu.”
“Lo gak boleh ngomong gitu. Lo
harus bertahan demi Chacha. Chacha sayang sama lo bukan sama gua.” Ucap Yogi
sambil menitikkan sedikit air mata.
“Maafin aku ya sayang. Aku gak
sempurna untuk kamu. Aku janji jaga cinta ini untuk kamu. Kamu cinta terakhir
yang aku punya sayang. Jaga diri baik baik ya. Aku sayang sama kamu.”
Mata Nathan menutup untuk
selamanya. Tubuhnya terbujur kaku. Ambulans baru saja datang. Namun sayang,
nyawa Nathan terlebih dahulu diambil oleh Yang Kuasa. Chacha terus menangis. Yogipun
menenangkannya. Disaksikan oleh mayat Nathan, Yogi menyatakan rasa sayangnya
terhadap Chacha. Dan Chacha menerimanya meskipun Ia masih tak terima dengan
kepergian Nathan.
Semenjak hari itu, Chacha
dan Yogi menjadi pasangan yang bahagia. Meskipun harus Long Distance
Relationship, tapi Yogi tetap menjaga cintanya untuk Chacha. Chachapun juga
begitu.
By Rizka Erlyani